Senin, 22 Oktober 2018

MENUJU FORMAL GELAR TAHBISAN PELAYAN KEAGAMAAN DI INDONESIA



MENUJU FORMAL GELAR TAHBISAN PELAYAN KEAGAMAAN

DI INDONESIA



Oleh :
Maludin Sitanggang

 

 

 


Retreat Koor Ama
HKBP Cisauk Resort Serpong
Sabtu, 2018-10-13
Pisita Anyer Resort



MENUJU FORMAL GELAR TAHBISAN PELAYAN KEAGAMAAN DI INDONESIA
Oleh :
Maludin Sitanggang

Abstrak

Disajikan menuju formal jabatan tahbisan pelayan keagamaan di Indonesia untuk mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Awalnya pendidikan dimulai dari kumpulan beberapa orang untuk mendapatkan atau memberikan pembekalan pengetahuan tertentu. Kemudian bisa berkembang menjadi Yayasan, lalu menjadi sekolah swasta, negeri dan bahkan bertaraf Internasional. Pada umumnya untuk mendirikan sekolah atau Perguruan Tinggi harus mengikuti Aturan Peraturan Pemerintah, sehingga lulusannya dapat diakui. Mengapa Gelar Pelayan tidak dapat digunakan pada jabatan publik/politik dan jabatan strategis lainnya. Harapan, gelar jabatan pelayan tahbisan bisa diformalkan guna mendapat pengakuan dari Institusi Pemerintah mengingat sejak tahun 1868 telah berdiri Sekolah Guru dan sampai sekarang masih banyak Jabatan pelayan tahbisan yang berlaku hanya tingkat regional saja.

Kata kunci : Gelar, Gereja, Protestan

1.  PENDAHULUAN
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus. [Efesus 4:11-12]
Jabatan pelayan keagamaan adalah untuk pekerjaan khusus yang sangat penting dan tidak dapat diwakilkan atau dicabut. Jabatan pelayan yang kita kenal antara lain Pendeta, Guru Huria, Bibelvrow, Diakones dan Sintua.
Jabatan-jabatan gereja bukanlah ketetepan manusia, tetapi ditetapkan oleh Allah sendiri. Sebab Paulus dan Barnabas “menetapkan penatua-penatua bagi jemaat” dalam masing-masing gereja di Listra, Ikonium dan Antiokhia (Kis. 14:21-23). Paulus juga memerintahkan Titus untuk “menetapkan penatua-penatua di setiap kota” (Titus 1:5).
Jika dilihat dari lamanya Jabatan yang ada di gereja, timbullah pertanyaan dan solusi untuk memformalkan gelar pelayan-pelayan tersebut.

2.  DATA JENJANG PENDIDIKAN
2.1. Jenjang Pendidikan Menengah
-     Pendidikan dasar (Kelas 1-6) : Sekolah dasar/
Madrasah ibtidaiyah/Kelompok belajar Paket A.
-      Pendidikan Tinggi : Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian

2.2 Berdirinya Jenjang Pendidikan
Di Indonesia, permulaan munculnya Madrasah baru sekitar abab 20 :
-    1908 berdiri Madrasah Adabiyah di Palembang Sumatra dan menjadi Negeri tahun 1968, dan seterusnya.
-    1868 Berdiri Sekolah Guru di Parau Sorat Sipirok
-    1872 Berdiri Sekolah Normal Pemerintah di Tapanuli Selatan
-    1877 Berdiri Seminarium di Pansurnapitu, jumlah murid pertama 12 orang
-    1883 Berdiri Sekolah Pendeta
-    1893 Sekolah Zending mendapat subsidi dari Pemerintah
-    1900 Berdiri Sekolah Anak Raja dengan pengantar Bahasa Belanda di narumonda Toba.
-    1900 Berdirinya  Sekolah Tukang.
-    1934 Berdiri Sekolah Tinggi Teologia di Jakarta
-    1934 Berdiri Sekolah Bibelvrouw (Penginjil Wanita) di Narumonda
-    1935 Pentahbisan Bibelvrouw yang pertama
-    1946 Sekolah Guru Huria (SGH) dibuka kembali di Seminarium Sipoholon
-    1947 Berdiri kembali Sekolah Pendeta di Seminarium Sipoholon
-    1950 – 4 Nopember : Berdiri Sekolah Teologia Menengah di Sipoholon
-    1952 - Berdiri SMA dan SGA di Tarutung
-    1954 25 Agustus : Berdiri Sekolah Puteri di Sipoholon
-    1954 -7 Oktober : Peresmian Universitas Nommensen di Pematangsiantar
-    1955,   25 Agustus : Berdiri Sekolah Puteri di Sipoholon
-    1961 Berdiri Sekolah Tekhnik di Pematangiantar
-    1971 - 17 Mei : Pendidikan Diakones dibuka di Balige
-    1976 - 27 Januari: Peresmian Pendidikan Diakones HKBP di Balige
-    1968 (sebagai Sekolah Guru Agama Swasta Atas Kristen/Protestan atau PGAA)
-    1991 (sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan – Pendidikan Agama Kristen)
-    1993 (sebagai Akademi Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan Negeri atau APGAKPN)
-    1999 (sebagai STAKPN Tarutung)

Lembaga pendidikan tenaga keguruan Agama Kristen setingkat SLTA berstatus negeri di wilayah Indonesia bahagian barat adalah Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan (PGAKP) Negeri Tarutung. Para siswa di PGAKP Negeri Tarutung adalah lulusan dari SLTP/SMP. Lulusan dari sekolah ini kemudian yang menjadi tenaga Guru Agama Kristen Protestan pada sekolah Dasar (SD). Dalam kenyataan tamatan sekolah inilah pada umumnya yang diangkat oleh pemerintah dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi Guru Agama Kristen Protestan pada sekolah-sekolah SD khususnya di wilayah Sumatera Utara dan di beberapa tempat di Indonesia [3]
PGAKP Negeri Tarutung awalnya berasal dari sekolah Pendidikan Guru Agama Atas Kristen/Protestan (PGAA) dengan status Swasta yang berdiri sekitar tahun 1968 di Sigompulon – Tarutung. Sekolah ini diprakarsai oleh beberapa orang Kristen yang memberi perhatian terhadap pendidikan agama Kristen bersama dengan pemerintah. Sekolah ini mendidik calon-calon tenaga Guru Agama Kristen yang memiliki kemampuan mengajar di sekolah dasar dan sekolah lainnya. Sekitar tahun 1970 PGAAP diserahkan kepada pemerintah untuk mengelolanya, maka sekolah ini berubah status dari swasta menjadi Negeri.

2.3 Berdirinya Perguruan Tinggi  Kristen
-          Sekolah Bibelvrow HKBP
Sekolah Bibelvrouw HKBP, merupakan salah satu dari peguruan tinggi milik HKBP. Sejarah Sekolah Bibelvrouw HKBP Sekolah Bibelvrouw HKBP berdiri pada tahun 1934, di Kutacane., dan pada tahun 1938 dipindahkan ke Laguboti. Sesuai dengan pengertiannya, Bibelvrouw berfungsi sebagai Penginjil Wanita yang siap melayani para jemaat dalam bidang kerohanian dan siap membantu pekerjaan pendeta dan pelayan gereja. Mahasiswi Sekolah Bibelvrouw HKBP Laguboti juga mempelajari ilmu teologi seperti Sekolah Tinggi Teologi, namun lebih mengutamakan teologi pratika yakni penginjilan, pembinaan, dan lain sebagainya, sedangkan jenjang pendidikannya setara dengan Diploma III (D.III).

-          Sekolah Tinggi Teologi Guru Huria HKBP
Pada awalnya adalah Sekolah Guru Huria (SGH) HKBP, yang setara dengan Sekolah Tingkat Atas (SLTA) sederajat. Namun perguruan tersebut sempat vakum sebelum tahun 1946, dan pada tahun 1964, SGH kembali dibuka.
Selanjut di beberapa tahun kemudian, jenjang SGH disetarakan dengan Pendidikan Diploma III (D.III).
Pada tahun 2007 sekolah tersebut berubah menjadi Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP dan juga berubah jenjang setara dengan Pendidikan Diploma IV (D.IV).

-          Sekolah Tinggi Diakones HKBP
HKBP mempunyai tahbisan Diakones, datang dari Lembaga Diakones Kaiserswerth Dusseldorf Jerman. Sekolah Diakones Kaiserswerth Jerman sampai tahun 1969 dan telah menamatkan sejumlah 19 orang diakones. Mereka semua kembali ke Indonesia dan melayani di berbagai pelayanan yang berbeda-beda yaitu : di RS GKPS Saribudolok, Panti Asuhan Elim Pematang Siantar, FKIP Nommensen Pematang Siantar dan RS HKBP Balige.
Pada tanggal 17 Mei 1971 Berdiri Kursus Diakones di Gedung RS HKBP. Setelah beberapa bulan Kursus Diakones berubah menjadi Pendidikan Diakones HKBP, tahun 1972. Adapun dasar dari pergantian nama itu karena pendidikannya adalah 2 tahun dan praktik 1 satu tahun, sedangkan kursus biasanya waktunya pendek, dan mahasiswa yang diterima adalah tamatan Sekolah Lanjutan Atas/sederajat. Pada tahun 1982 Pendidikan ini disahkan menjadi salah satu Lembaga Pendidikan di HKBP yang dinamakan “Lembaga Pendidikan Diakones HKBP”. Kemudian pada tahun Ajaran 1989/1990 terjadi perubahan, yang tadinya program pendidikan  2 tahun menjadi 3 tahun.
Selanjutnya, setelah tim Kemenag RI Dirjen Bimas Kristen bersama dengan ketua STT HKBP mengadakan visitase pada tanggal 25 April 2013, dan mendapat sambutan dari Pimpinan HKBP, maka pada tanggal 8 Mei 2013, Lembaga ini  menjadi  Sekolah Tinggi Diakones HKBP Program  Stratum satu (S1) dengan Program Studi Pastoral Konseling sesuai dengan SK KEMENAG RI Dirjen Bimas Kristen No. DJ.III/Kep/HK.00.5/195/2013. Sekolah Tinggi Diakones HKBP telah terakreditasi oleh BAN-PT dengan SK No.1262/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2015.

-          Sekolah Pendeta HKBP
Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama dibuka. Pada tanggal 8 Januari 1890, dimulai melayani anak-anak, kaum perempuan, serta turut membimbing murid-murid Sekolah Pendeta di Seminari Pansurnapitu.  Sekolah Pendeta HKBP sempat lama vakum atau dinonaktifkan, dan pada tahun 1947 Sekolah Pendeta berdiri kembali di Seminarium Sipoholon, dan beberapa tahun kemudian kembali vakum, serta pada tahun 2006, Sekolah Pendeta HKBP dibuka kembali di Seminarium Sipoholon. Sekolah Pendeta HKBP adalah Lembaga Pendidikan HKBP yang dikhususkan untuk melatih mempersiapkan Guru Huria menjadi Pendeta di HKBP. Sekolah Pendeta pada awalnya merupakan satu-satunya Lembaga pengadaan tenaga pendeta sebelum adanya pendidikan Teologi di HKBP, yakni : Sekolah Tinggi Teologi HKBP (sebelumnya Falkultas Theologi Univ. HKBP Nommensen) yang berkedudukan di Pematang Siantar, atau Sekolah Tinggi Teologi HKBP Pematang Siantar sekarang. Setelah adanya Pendidikan Teologi HKBP, Sekolah pendeta dibuka secara periodik dengan tujuan yang sama, yaitu : menseleksi para guru huria yang dianggap terampil melayani di jemaat dan dipersiapkan menjadi pendeta melalui pendidikan Sekolah Pendeta. Sekolah Pendeta HKBP dirancang selama tiga tahun dan dibagi dalam enam semester. Dalam tiga tahun perkuliahan diadakan evaluasi bertahap. [4]
Mahasiswa yang lulus akan ditempatkan oleh HKBP melayani sebagai Pendeta Praktik selama satu tahun dan kemudian ditahbiskan menjadi Pendeta

3. ANALISA
3.1 Jenjang Gelar Keagamaan
Secara khusus Jabatan tahbisan di HKBP ada : Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, Diakones, Evangelis, Penatua.
Jika dilihat dari uraian sebelumnya, bahwa pada tahun 1868 Berdiri Sekolah Guru di Parau Sorat Sipirok dan merupakan sejarah dari HKBP. Sedangkan tahun 1908 baru berdiri Madrasah Adabiyah di Palembang Sumatra dan menjadi Negeri tahun 1968, dan seterusnya. Awalnya bahwa Madrasah Adabiyah yang dikelola dari kumpulan beberapa orang untuk mendapatkan atau memberikan pembekalan pengetahuan tertentu, notabene bisa berkembang menjadi Yayasan, lalu menjadi sekolah swasta, negeri dan bahkan bertaraf Internasional.
Seperti Sekolah Bibelvrouw HKBP, merupakan salah satu dari peguruan tinggi milik HKBP. Sekolah Bibelvrouw HKBP bisa jenjang pendidikannya setara dengan Diploma III (D.III). Namun belum bisa menjadi Perguruan Tinggi Negeri, apalagi bertaraf Intertnasional. Padahal sejarahnya adalah dari Jerman.
Demikian juga Sekolah Tinggi Guru Huria yang sudah disetarakan dengan D.IV. Tentunya harapannya adalah bisa menjadi Sekolah Tinggi Teologi Guru Huria Negeri.
Ironisnya Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama dibuka dan sering vakum. Namun pada tanggal 12 April 1978, sebagai lanjutan dan memisahkan diri secara administerasi dari Universitas HKBP Nomensen.  Program studi : S-1 (S.Th.), M.Div., S-2 dan S-3 Theologia, artinya tidak menghasilkan gelat Pdt. STT Jakarta adalah sebuah sekolah tinggi teologi Kristen  tertua yang berdiri tahun 1934. Sampai saat ini hanya menghasilkan Sarjana dan Pasca Sarjana (S-1, S-2 dan S-3). Artinya tidak menghasilkan lulusan bergelar Pdt.
Ada 20 (dua puluh) Sekolah Alkitab dan atau Universitas Kristen terbaik di Indonesia, namun hanya menghasilkan Sarjana dan Pasca Sarjana, bukan Pdt.
Ditambah lagi ada 7 (tujuh) Perguruan Tinggi Kristen Negeri di Indonesia, adalah perguruan Tinggi Negeri yang berada di bawah naungan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen (Protestan) Kementrian Agama RI. Yaitu dengan nama STAKPN dan STAKN. Lulusan Perguruan Kristen Negeri inilah yang diangkat menjadi Guru Agama Kristen Protestan untuk status Pegawai Negeri Sipil (PNS).
STAKPN Tarutung didirikan pada tahun 1968, dan menjadi Negeri pada tahun 1999, dan inilah Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan pertama di Indonesia. Lagi lagi, lulusannya hanya memperoleh gelar Diploma atau Kesarjanaan dan Pascasarjana, bukan Pdt. Yang menggembirakan dari STAKPN ini, mempunyai jurusan Teologi (S-1) dan Diploma 1 (Terapan) Ministri Penatua, D-1 Pelayanan Anak Kristen, D-1 Ministri Musik Gereja, D-1 Pemandu Wisata Rohani, D-1 Kewirausahaan Kristen dll.
Menilik adanya Pendidikan Teologi HKBP, Sekolah pendeta dibuka secara periodik dengan tujuan menseleksi para guru huria yang dianggap terampil melayani di jemaat dan dipersiapkan menjadi pendeta melalui pendidikan Sekolah Pendeta.
Sebatas itukah ????
Syarat menjadi pendeta berikutnya adalah sudah praktek sedikitdikitnya 2 (dua) tahun dan mendapat rekomendasi dari praeses dan pendeta resort. Serta beberapa syarat lainnya yang mudah ditempuh.
Tentu hal inilah yang dimanfaatkan oleh Gereja lain, sehingga bermunculanlah banyak Tahbisan Pendeta.

3.2  Efek Yang Timbul dan Solusi
Sejak dulu sampai zaman milenial ini, ke 6 (enam) Gelar atau Tahbisan yang ada itu tidak mendapat pengakuan baik dari kalangan internal maupun Eksternal (???). Sebagai contoh, jika seorang pelayan
yang mencalonkan diri menjadi DPR, MPR, DPD, Bupati/Walikota, Gubernur, dan lain-lain, dari kalangan Internal pasti melarang mengikut sertakan gelar Pdt, Gr, Biv, Diak, Ev. dan St. Kenapa melarang ??? Jawabannya selalu klasik “Jangan di bawa ke ranah politik” Sementara Haji, Hj. Ust. dan lainnya boleh nempel jika menjadi pejabat publik. Yang pasti, sebenarnya adapun pelarangan menempelkan Tahbisan tersebut, adalah karena belum mendapat pengakuan dari DIKTI.
Tahun 1868 Berdiri Sekolah Guru, Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama, namun sampai detik ini belum mendapatkan pengesahan Gelar tersebut dari DIKTI. Apa dan siapa serta dimana letak kekurangannya.

Solusi :
-    Mengikuti Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.[5]
-    Peraturan perundang-undangan Tentang Persyaratan dan Prosedur Penambahan nama program studi pada perguruan tinggi periode 1 tahun dan 3 tahun, tahun 2018.[6]
-    Peraturan perundang-undangan Tentang Persyaratan dan Prosedur pembukaan program studi jarak jauh (SJJ) tahun 2018.[7]
-    Menghilangkan jawaban klasik gelar tahbisan “Jangan di bawa ke ranah politik
Ini semua bisa di akses pada Dirjen Kelembagaan IPTEK dan DIKTI, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan pada umumnya di permudah oleh Pemerintah.

Masalahnya :
-    Adakah niatan pejabat berwenang yang duduk di Keagamaan Kristen untuk meningkatkan status PTS yang sudah ada guna mendapat pengakuan dari Pemerintah RI?
-    Adakah niatan dari Pejabat di HKBP untuk mendapat pengakuan dari Pemerintah RI tentang Jabatan tahbisan : Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, Diakones, Evangelis, Penatua ?
-    Selama ini dimana fungsi dan peran Rektor UN HKBP, Ketua STT HKBP dan para Direktur yang ada di HKBP.

4. KESIMPULAN
Dari kajian menuju formal gelar tahbisan pelayan  keagamaan di Indonesia ini dapat dsimpulkan :
-    Perlu formal gelar tahbisan keagamaan khususnya Kristen
-    Harus ada niatan dari pejabat berkompeten untuk meningkatkan status jurusan supaya diakui oleh pemerintah
-    Melaksanakan aturan dan perundang-undangan yang dibuat oleh Menristek Dikti RI.
-    Menghilangkan jawaban klasik gelar tahbisan “Jangan di bawa ke ranah politik

DAFTAR PUSTAKA
1.   Wanta Sinurat, Hendi Wijaya, Hendra T., Studi Alkitab, sistem-pemerintahan-dan-jabatan-gereja”   admin[at] studialkitab.com
2.     Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
3.    High School Foreign Protestant Christianty Tarutung, www.stakpntarutung.ac.id.
4.     Because I Believe, wordpress.com/hkbp/tahun-penting-hkbp/
5.   Mengikuti Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
6.   Peraturan perundang-undangan Tentang Persyaratan dan Prosedur Penambahan nama program studi pada perguruan tinggi periode 1 tahun dan 3 tahun, tahun 2018.
7.   Peraturan perundang-undangan Tentang Persyaratan dan Prosedur pembukaan program studi jarak jauh (SJJ) tahun 2018.

 TENTANG PENULIS

Nama
:
Maludin Sitanggang, Ir. MSc. APU. St.
Pekerjaan
:
-   ASN Pustekbang LAPAN


-   Dosen dan Kaprodi di  FTI Univ. Satyagama
Pendidikan
:
-   S-1 Teknik Mesin USU Medan


-   S-2 Material Sciences UI Jakarta
Pengalaman
:
-     Pendiri dan Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmu dan Rekayasa Teknologi Industri (JIRTI)


-     Pendiri dan Ketua Dewan Redaksi  Jurnal Ilmiah Teknologi Industri GAMATECH


-     Pimpinan Jemaat HKBP Cisauk Ressort Serpong
Buku
:
-    Teknologi Aerodinamika Penerbangan", Penerbit, Indonesia Book Project. ISBN 978-602-60934-1-7


-    Ilmu dan Teknologi Pengelasan Komponen Model Pesawat Terbang". Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project. ISBN 978-602-74771-9-3


-    Aerodinamika dan Pengembangan Teknologi Pesawat Terbang” Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project. ISBN 978-602-60934-5-5


-    Studi Peningkatan Kerja di Lembaga Litbang" Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project, ISBN 978-60260934-0-0
Kontak

-    HP & WA ; 08121926185
Email



Blog

-    BULIR SESAWI






Senin, 06 Juli 2015

Biar Tuhan Yang Bela [Mazmur 140:12]

“Aku tahu, bahwa Tuhan akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin.” [ Mazmur 140:12 ]

Saat Yesus ditanyai oleh Imam Besar apakah Ia memang benar benar anak Allah atau Mesias, sesungguhnya Yesus tinggal menjawab ‘Ya”.
 bersalah karena bersaksi dusta dan mengaku sebagai Anak Allah.
Yesus memilih diam, agar imam besar dan juga orang orang yang saat itu hendak menghakimi Yesus semakin penasaran mencari tahu siapa Ia sebenarnya.
Ada saatnya kita harus berdiam diri dan tidak harus membuktikan bahwa kita benar.
Pernah ada seseorang yang dituduh menikah lagi dengan perempuan lain. Ketika dituduh seperti itu, ia hanya berdoa dan diam saja. Ia diam dan tidak menunjukkan bahwa dia benar.
Sikapnya itu memberi jalan kepada Tuhan untuk membelanya dan membuktikan bahwa ia justru jauh lebih benar hidupnya dibandingkan mereka yang memfitnah dan menjelekkan dia.  Tuhan mempermalukan setiap orang yang dulunya berkoar koar menjelekkan dia.
Berdiam diri terkadang perlu agar orang lain mendapatkan pelajaran bahwa menghakimi orang lain justru mempermalukan diri sendiri dan kebenaran akan selalu terungkap karena Tuhan akan selalu berpiihak pada kebenaran.
Kalau ada yang menghina atau memfitnah kita, diam saja dan biarkan Tuhan yang bekerja membela kita karena pembelaan selalu ada bagi orang benar.

Selasa, 26 Januari 2010