Kamis, 26 Februari 2009

Drama

Jika dibutuhkan silahkan di ambil.





Materi Pelajaran Calon Sintua

Dapat diprint dan diambil







Rabu, 25 Februari 2009

Materi Pelajaran Naik Sidi






Diterbitkan untuk dapat dibaca oleh Anak Remaja yang akan Naik SIDI, supaya pengetahuan mereka bertambah.
St. Ir. Maludin Sitanggang, M.Sc.

Memahami Sintua


Seri Mata Pelajaran ini sengaja diterbitkan untuk dapat dibaca dan diambil oleh para calon Sintua, maupun yang sudah Sintua.
Tuhan Memberkati.
St. Ir. Maludin Sitanggang, M.Sc.
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifnKJWlpwyNjd5Z8W4HoFJAFy90kKfG3_BoJbiJqzrxC9A9HOpwGdPb6pUaT1pvHFagmSQwgzuc0eyj07DPy1MMhfv4SVclK3adQIEK7aDDhPqrdUUVtBULosXqJQ1ASbrXtHQnomJbpA/s1600-h/st-1.JPG">





Minggu, 22 Februari 2009

Refleksi Sintua/Majelis

Seri Pelajaran Untuk Calon Sintua
Oleh : St. Ir. Maludin Sitanggang, M.Sc.

REFLEKSI SINTUA
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! (2 Timotius 4:5)

1. PENDAHULUAN
Sintua adalah sebutan untuk seseorang yang menjadi penatua disuatu dedominasi gereja (Lutheran) seperti HKBP, HKI, GKPI, GKPS, khususnya di kalangan masyarakat Batak untuk (Calvinis) gereja BATAK KARO (GBKP) Sintua disebut Pertua. Sintua/Pertua diambil dari serapan kata Presbiteros (orang ang dituakan). Sintua bersama-sama Diaken (Diakon) / Syamas melayani di gereja dengan sedikit perbedaan tugas pelayanan sebagai penilik jemaat. Diaken dari serapan kata Diakonos (Pelayan/Pelayan meja). Didalam Alkitab (bible) kata Pertua/Diaken terdapat pada I Timotius 3 : 1-7. Seorang Sintua dalam gereja harus mampu melayani anggota jemaat gereja dan menjadi panutan. Ia diberi hak untuk memberitakan injil seperti seorang pendeta, akan tetapi dia harus berkumpul dan bermusyawarah dengan sintua lain dalam suatu sesi yang disebut sermon, di mana dibahas tentang apa yang akan dikhotbahkannya dalam suatu kebaktian di gereja. Peranan dan kedudukan Sintua dalam satu organisasi gereja berbeda dengan yang lain. Setelah diangkat, seorang Sintua dapat ditahbiskan jika tidak ada yang berkeberatan. Rencana pentahbisan akan diumumkan kepada seluruh anggota jemaat 2 pekan sebelumnya. Seorang Sintua yang telah diangkat selama minimal 2 tahun sudah dapat ditahbiskan jika dia bersedia. Jika tidak, maksimal 5 tahun setelah pengangkatan dia sudah harus ditahbiskan. Suatu jemaat menentukan jumlah Sintua yang ada menurut jumlah anggota jemaat yang dilayaninya. Karenanya pemilihan Sintua umumnya dapat diadakan jika telah terjadi pertumbuhan jumlah jemaat, restrukturisasi jemaat, atau karena berkurangnya jumlah sintua.
Seorang Sintua yang belum ditahbiskan berhenti menjadi Sintua jika keluar dari Gereja di mana ia terpilih. Pengecualian terjadi di saat anggota jemaat Gereja tersebut masih menerima yang bersangkutan untuk melayani. Seorang

2. SINTUA DALAM PELAYANAN
Sering kita mendengar perkataan ini: “Gabe Sintua parroha Sintua ma hamu!”, artinya, “Jadilah Sintua/Penatua yang berhati Penatua”. Apa artinya perkataan ini? Perkataan ini mau mengharapkan sesuatu yang baik dari seorang Sintua. Sintua menjadi teladan, tiruan, panutan di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Mengapa perkataan ini sering disampaikan? Karena ternyata di tengah lapangan pelayanan, banyak Sintua yang berhati “tuan”, berhati “penguasa”, berhati “pelawan”, berhati “asusila”, berhati “tidak senonoh” terhadap keluarganya, gerejanya, pendetanya, tetangganya, dan lain-lain. Sintua bukan lagi panutan dan tiruan. Bahkan yang paling ngeri lagi orang menjadi “takut” menjadi Sintua. Dan mereka berkata, ”Lebih baik jadi Jemaat biasa, tetapi berhati Sintua”. Manakah yang lebih baik? Yang lebih baik sebenarnya adalah Sintua yang berhati Sintua. Sintua yang membantu (”mangurupi”) Pendeta (baca: Kerajaan Allah/Gereja) di dunia ini.
Untuk dapat melihat sejauh mana peran keluarga Sintua dalam mendukung pelaksanaan tugas hasintuaon di HKBP ini, maka terlebih dahulu kita melihat apa sebenarnya tugas-tugas para Sintua di HKBP dan bagaimakah mereka seharusnya bersikap dan bertingkah laku di dalam pelayanan Jemaat ini. Pelayanan gereja tentu tidak hanya pelayanan Mimbar (khotbah, evanggelisasi ) dan sermonial (Ibadah/sakramen), Penatalayanan Administrasi dan Keuangan/manajemen gereja, tetapi sangat luas dan menyangkut bidang (masalah) Pelayanan Persekutuan (koinonia) jemaat secara kategorial yang berkaitan dengan kehidupan pribadi, keluarga yang terkait dengan kehidupan rohani, mental, sosial-ekonomi, bahkan juga terkait karena masalah budaya - masyarakat dan politik dimana gereja kita berada/sekitar jemaat. Pelayanan gereja juga Menyangkut Pelayanan yang berkaitan dengan Pelayanan Marturia; pekabaran injil ke dalam dan ke luar, musik dan Pelyanan Diakonia Gereja di tengah dunia ini untuk kalangan jemaat itu sendiri dan di luar jemaat juga.
Jemaat hidup dan berada di tengah-tengah dunia; dunia yang terkait dengan kebutuhan fisik (pangan - sandang, papan), kebutuhan sosial (dihargai - dihormati - dikasihi - disayangi) dan kebutuhan rohani (aktualisasi diri, tenang, aman, damai sejahtera). Mau tidak mau jemaat berada dan bahkan mungkin mengalami 4 S (Susah, Sakit, Stress dan Stroke) sebelum Stop.
Gereja dalam tritugas panggilanya sebagai Pelayan/Sintua Gereja kepada “warga jemaat/Gereja”, sebagai Tubuh Kristus (Persekutuan orang percaya), yang melayani (dalam arti teologis); melindungi, menjaga, memelihara, memberi makan, membangun, membina, memberi nilai kwalitas dan kwantitas jemaat secara rohani dan jasmani, sebagaimana Allah menggembalakan umatNya (Maz 23, Yehezkiel 34, Joh 10).
Panggilan gereja (orang percaya/pelayan): seperti yang dipraktekkan Tuhan Yesus Kristus pada masa hidupnya (Yoh 10, Yoh 21:15-17): mengajar, berkhotbah, menyembuhkan, menghibur, melayani, memberi makan, mengunjungi dari desa ke desa, mengunjungi kota ke kota, kunjungan dari rumah ke rumah dan rumah ibadat, mendelegasikan tugas (pemuridan), menasehati dengan berbagai metode dan cara edukatif dan persuasive (teaching, Preaching, konseling dan Healing ).
Pelayan/Sintua Gereja adalah Pelayan (murid-murid/diamanatkan kepada yang diutus) memberlakukan seperti yang dilakukan Yesus. Dasar atau motivasi pelayanan adalah Kasih Allah dan mengasihi manusia. Melakukan tugas dan pelayanan dengan kerendahan hati, tulus dan sukacita, tidak terpaksa/dipaksakan atau dengan motivasi lain (dihormati/dihargai/prestise, dll). Setulus hati mau terpanggil untuk kerajaan/kehendak Allah, sekalipun ada kerikil-kerikil, hambatan, tantangan, cemohan, kritik/celaan yang merendahkan/meremehkan jiwa kita. Ingat motto: Aku PELTU (Pelayan Tuhan) tentu bukan soal harga diri sebagai pejabat, orang terhormat.

C. TUGAS SINTUA BERDASARKAN ALKITAB
Di dalam Perjanjian Baru tugas penatua dikelompokkan dengan tiga hal:
1. Melayani secara pastoral, ini mencerminkan situasi awal kehidupan orang Israel sebagai kelompok pengembara sambil membawa ternaknya. Oleh sebab itu gambaran umat sebagai domba dan Allah (serta para pemimpin) sebagai gembala merupakan gambaran yang cukup menonjol dan sekaligus mengungkapkan realita kehidupan yang penuh tantangan sehingga kita memerlukan kepemimpinan yang bersifat sebagai gembala ( Maz 23, Joh 10, Yehezkiel 34 ). Paulus mengatakan kepada para penatua di Efesus: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan domba, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Kisah Para Rasul 20: 28). Istilah penilik di sini tidak sama dengan memeriksa (inspeksi !) melainkan untuk menekankan pekerjaan yang bersifat menolong atau menyatakan kepedulian terhadap orang yang menderita, yang dilayani/digembalakan.
2. Memimpin jemaat. Pengertian memimpin disini adalah seperti memimpin (mengepalai) keluarga (oikonomos). Oleh sebab itulah Paulus rnemakai istilah “pengatur rumah Allah” untuk tugas kepemimpinan penatua di jemaat (Titus 1: 7; lihat, 1 Timotius 3: 4-5; 5: 17; 1 Tesalonika 5: 12). Kehidupan jemaat adalah suatu persekutuan yang saling mempedulikan ibarat suatu keluarga, keluarga Allah (familia Dei), di mana ada kepemimpinan yang melayani, yang bertujuan menciptakan kesejahterian semua anggota keluarganya. Dalam konteks lain jemaat sering dilukiskan sebagai tubuh: memiliki banyak anggota tetapi tetap di dalam kesatuan ( Rom 12, I Korintus 12). Oleh karena itu pertumbuhan jemaat akan nampak dan hidup apabila para penetua mempedulikan kehidupan anggota jemaatnya/gereja.
3. Sebagai penjaga terhadap ajaran yang menyesatkan/ berbagai ajaran sesat, yang menekankan perlunya kita mewaspadai berbagai rupa ajaran yang menyesatkan jemaat. Rasul Paulus mengingatkan para penatua di Efesus untuk berjaga-jaga terhadap ancarnan serigalaserigala ganas. “Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dan antara kamu sendiri akan muncul murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. Sebab itu berjaga-jagalah (Kisah Para Rasul 20: 29-31). Titus dinasihatkan untuk berpegang. teguh pada ajaran yang sehat agar mampu “meyakinkan penentang-penentangnya” (Titus 1; 10).

D. TUGAS SINTUA BERDASARKAN AGENDA HKBP
Ada 7 pokok uraian tugas pokok ”Partohonan Sintua”, yakni: (Agenda HKBP hal. 35) :
1. Pangula ni huria do Sintua mamatamatahon angka na pinasahat tu nasida dohot mangaramoti parangenasida. Molo diboto nasida, na hurang ture perange ni manang ise, ingkon pinsangonnasida i, manang paboaonnasida tu Guru dohot tu Pandita, asa dipature.
2. Mandasdas tu parmingguan dohot manangkasi alana umbahen na so ro.
3. Mandasdas anakboru sikola, asa ondop ro.
4. Maningkir angka na marsahit jala paturehon na ringkot tu nasida dohot nasa na tarpatupasa, alai na rumingkot, pasingothon Hata ni Debata tu nasida dohot tumangiangkonsa.
5. Mangapuli angka na marsak, paturehon angka na dangol dohot na pogos.
6. Mangapuli angka sipelebegu, angka patugamo na asing dohot angka na lilu, asa dohot marsaulihon hangoluan na pinatupa ni Tuhan Jesus.
7. Mangurupi paturehon angka guguan dohot ulaon na ringkot tu Harajaon ni Debata.

Atau :
1. Sintua adalah pelayan yang menerima tahbisan membantu (mangurupi) Pendeta di dalam jemaat untuk mengamati anggota-anggota jemaat yang dipercayakan kepada mereka dan meneliti perilakunya. Apabila Sintua mengetahui ada Warga Jemaat perangainya kurang baik, maka mereka harus ditegur dan dibimbing agar mereka kembali ke jalan yang benar.
2. Sintua mengajak anggota jemaat untuk datang beribadah dan meneliti alasan-alasan mengapa mereka tidak datang mengikutinya. (artinya, seorang Sintua harus aktif membuat penelitian terhadap kuantitas dan kualitas ibadah yang dilaksanakan di dalam Gereja dan juga harus aktif meneliti masalah yang dihadapi Gereja dalam menarik kehadiran jemaat dalam beribadah).
3. Sintua mengajak para anak untuk rajin datang mengikuti ibadah Sekolah Minggu. (artinya, Sintua harus terlibat aktif dalam pelayanan kepada anak-anak Sekolah Minggu, karena Sintua bukan hanya menjadi Sintua bagi orang dewasa saja).
4. Sintua mengunjungi orang sakit dan memberi bantuan sesuai dengan kemampuannya, namun yang terpenting adalah mengingatkan mereka akan Firman Allah dan mendoakannya.
5. Sintua menghiburan orang yang berdukacita, menolong orang yang susah dan orang yang miskin (artinya, Sintua harus berperan aktif mengentaskan kemiskinan warga jemaat melalui pendidikan, ketrampilan, dll. Sintua harus mampu menjadi motivator bagi warga jemaat agar warga jemaat mampu keluar dari setiap pergumulan kehidupan jasmani maupun rohaninya).
6. Sintua membimbing penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup dalam Yesus Kristus. (artinya, Sintua memberitaan Firman Allah kepada orang belum percaya dan mengenal Tuhan Yesus semisal: penyembah berhala, orang sesat, supaya turut serta memperoleh hidup dalam Yesus Kristus).
7. Membantu pengumpulan dana (semisal : Persembahan Bulanan, dan dana-dana lain yang ditetapkan oleh Gereja) dan tugas pelayanan Kerajaan Allah.

E. TUGAS-TUGAS SINTUA BERDASARKAN TATA LAKSANA
a. Memberitakan Firman Allah dan melaksanakan Pekabaran Injil.
b. Mengajak warga Parlagutan untuk mengikuti kabaktian dan meneliti serta mempelajari apa sebabnya jika mereka tidak datang dalam kebaktian.
c. Mendorong agar anak-anak Anggota Parlagutan rajin dan setia datang mengikuti kebaktian Sekolah Minggu.
d. Mengunjungi orang sakit dan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan si sakit sesuai dengan kemampuan yang ada, menyampaikan Firman Allah serta mendoakan mereka.
e. Memberikan penghiburan bagi orang yang berduka dan menolong orang yang kesusahan.
f. Memberikan bimbingan kepada orang yang belum percaya kepada Kristus agar mereka juga memperoleh anugerah yakni kehidupan kekal yang telah disediakan Yesus.
g. Mengupayakan pemasukan persembahan bulanan dan kewajiban anggota Parlagutan lainnya demi untuk kepentingan Gereja dan pemberitaan Firman Allah.
h. Membimbing serta mengajar orang yang sesat agar mereka kembali ke jalan yang benar sesuai dengan kehendak Yesus.
i. Sebagai Pelayan di Parlagutan untuk memperhatikan Anggota Parlagutan jika ada perbuatan serta kelakuan yang menyimpang dari ajaran Firman Tuhan. Jika seorang Sintua mengetahui ada perilaku anggota Parlagutan yang kurang baik, maka Sintua harus memberi nasehat dan selanjutnya melaporkan kepada Guru Parlagutan atau Pendeta untuk digembalakan atau diberikan bimbingan.

F. TUGAS SINTUA LAINNYA
1. Sintua harus kebaktian minggu dan kebaktian lainnya.
2. Mengikuti Perjamuan Kudus.
3. Berpakaian rapi di dalam menghadiri setiap ibadah (memakai dasi dan atau jas lengkap dan atau memakai baju resmi lainnya)
4. Hadir sebelum ibadah dimulai untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan ibadah
5. Menjaga ketertiban ibadah
6. Memasuki konsistori Gereja sebelum dan sesudah ibadah untuk mengevaluasi pelayanan hari itu
7. Menghadiri Sermon Sintua untuk mempersiapak pelayanan mingguan
8. Mempersiapkan ibadah sektor/wyik
9. Dan lain sebagainya

G. PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN
Dalam mencapai dan menjalankan tugas-tugas hasintuaon di atas, maka para Sintua HKBP dituntut untuk:
1. Menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya/tugasnya untuk kelancaran dan kebahagiaan/sukacita orang yang kita layani.
2. Memberikan/mengorbankan: waktu, tenaga, kemampuan, keahlian-keterampilan secara dinamis-kreatif, tulus, jujur-terpercaya/dipercaya (manegement waktu; keluarga, pekerjaan kantor dan gereja). Sebagaimana yang diungkapkan Yesus Anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi melayani (Mark 10:45).
3. Melayani sesuai dengan telenta kita masing-masing (I Pet 4:10). Jadi pelayanan dalam konteks Gereja adalah untuk kemuliaan Allah dan setiap orang percaya dipanggil/terpanggil untuk pelayan/melayani sebagai perpanjangan tangan/kawan/mitra kerja Tuhan ( I Korint 3: 8-9, I Korintus 4:1).
4. Melayani dengan tulus-ikhlas, tanpa pamrih, bukan supaya dihormati, dihargai, dipuji dan dibilang hebat. Melayani bukan dengan terpaksa/dipaksakan atau untuk kepentingan/keuntungan diri kita tetapi yang dilayani (I Pet 2:21, I Pet 5:1-6). Dipanggil untuk mengikuti jejak Allah memberi pelayanan untuk dan demi kehendak Allah.

H. PENTINGNYA SUATU KUNJUNGAN PASTORAL (SEELSORGE)
Tugas ini seelsorge adalah tugas utama seorang Sintua. Seelsorge adalah pemeliharaan dan pengawasan jiwa atau roh. Inilah tugas Sintua kepada para anggotanya. Tugas yang berat. Sering dalam gereja pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota jemaat kurang memadai. Barangkali sintua senang apabila banyak orang datang ke kebaktiannya, sedangkan bagaimana keadaan rohani orang-orang itu tidak diperhatikan. Ada pula sintua yang sibuk menjaga agar tidak ada seorangpun anggota gerejanya yang sesat terhilang ke kandang orang lain. Ini semua baik, tetapi jangan itu saja! Pemeliharaan dan pengawasan kepada para anggota lebih dari pada ini.
Apakah maksudnya pemeliharaan? Pertama, persekutuan (Kis. 4:23; 2:42; Ibr. 10:24,25). Persekutuan ini bukan melulu dalam kebaktian di gereja, tetapi juga dalam kunjungan, doa, saling menasihati dan saling melayani. Persekutuan jangan sampai mengambil seluruh waktu orang Kristen! Kedua, pengajaran Firman Allah (Kis. 2:42; Ef. 4:12-16). Para anggota jemaat seharusnya sungguh memerhatikan acara Pendalaman Alkitab (Bible Study) di gereja. Ketiga, pelayanan upacara-upacara, yaitu baptisan dan perjamuan Tuhan. Keempat, pelayanan sosial - yang menyangkut kebutuhan jasmani anggota jemaat setempat juga perlu diperhatikan (Lih. Kis 6:1-6).
Kemudian, apakah maksudnya pengawasan?
a. Pertama, jemaat Kristus adalah jemaat yang suci dan tugas pengawasan jemaat dipercayakan oleh Tuhan kepada jemaat itu sendiri (Matius 18:15-17). Jadi, jemaat setempat mempunyai tanggung jawab untuk mendekati anggotanya yang bersalah. Atau datang kepada anggota yang hampir-hampir jatuh dalam suatu jerat. Dengan mengingat diri sendiri tidak sempurna, dan dengan kasih Tuhan, kita hendaknya menasihati orang itu. "Saudara, kalau seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri (Galatia 6:1,2). Tetapi apa yang sering terjadi dalam gereja bila ada seorang anggotanya yang hidupnya mulai main-main dengan dosa? Bukannya kita datang kepada orang itu langsung untuk menasihati dia, melainkan semua orang di gereja mulai berbisik-bisik satu kepada yang lain mengenai orang itu, tanpa ada seorang pun yang mau menasihati dia. Sebaliknya orang itu malah menjadi bahan pembicaraan semua orang. Ini tidak menolong orang tersebut. Malahan kita justru menjerumuskan dia ke dalam jurang dosa! Betapa sering kita bersalah di hadapan Tuhan dalam masalah ini.
b. Pengawasan jemaat mempunyai dua tujuan: (a) menyatakan dan mengeluarkan orang yang tidak benar-benar bertobat dan yang hidupnya hanya senang dalam dosa dari persekutuan Kristen/jemaat ( lih. 1 Yohanes 2:19). Dan (b) mengajar orang percaya agar ia sadar dan kembali kepada jalan yang benar.

Bagaimana tugas pengawasan ini dapat dilaksanakan dengan baik? Alkitab memberikan beberapa petunjuk mengenai pelaksana tugas ini: Apabila seorang bersalah, hendaklah ditegor langsung oleh yang mengetahuinya (Matius 18:15-17). Apabila orang itu tidak mau mendengarkan, barulah membawa seorang atau dua orang saksi lain. Apabila ia masih bersikeras dalam dosanya, seluruh jemaat menasihatinya. Apabila tidak berhasil menyadarkan dia, ia perlu dikucilkan. Pendeta/Sintua jemaat setempat wajib mengambil tindakan apabila ada dosa yang nyata dalam jemaat itu (1 Kor. 5:3-7 ). Seorang yang bertobat dari dosanya, wajib diampuni dan disambut lagi (2 Kor. 2:6-11).
Kesalahan dan Pamincangon pada Sintua dapat kita lihat pada, ajaran sesat (Titus 1:13; 3:10). Apabila ada anggota yang terus mengikuti ajaran sesat, misalnya menolak Ketuhanan Yesus dan sebagainya, ia wajib ditegor. Zinah (1 Kor. 5:1-5). Dosa terbuka (1 Tim. 5:20).
Yang paling penting, dalam melaksanakan tugas pengawasan ini, hendaklah jemaat bertindak dengan adil (1 Tim. 5:19), dengan rendah hati 2 Kor. 10:12), dengan lemah lembut (Galatia 6:1), dan dengan kasih (1 Kor. 13:4). Jemaat yang setia dalam semua ini, penyembahan, pemberitaan Injil, dan pemeliharaan serta pengawasan, akan sungguh menjadi jemaat yang memuliakan Tuhan (Efesus 1:12).

I. PERANAN KUNJUNGAN PASTORAL
Kunjungan ke rumah tangga adalah merupakan salah satu usaha untuk mengenal lebih dalam lagi tentang yang berhubungan dengan kehidupan keluarga. Manfaat yang dapat diperoleh dari kunjungan:
a. Membina hubungan yang lebih erat antara Sintua dan jemaat secara pribadi.
b. Sintua dapat mengenal keluarga dan kehidupan/suasana kehidupan keluarga jemaat.
c. Sintua dapat mengetahui sekaligus menolong menyelesaikan persoalan - persoalan yang dihadapi jemaat.
d. Sintua dapat mengevaluasi hasil pelayanannya yang telah diterima warga jemaat dalam kehidupannya sehari-hari.
e. Kunjungan ke rumah tangga dapat menjadi pelengkap dan penguat pelayanan Sintua kepada jemaat.
f. Untuk menanamkan keyakinan pada keluarga/jemaat bahwa Sintua turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan jemaat secara keseluruhan.
g. Sintua dapat membina kerjasama yang baik dengan keluarga/jemaat dalam proses pembinaan kerohanian jemaat.

Mengingat ada tujuan yang penting yang harus dicapai dalam acara kunjungan tersebut maka perlu diperhatikan bahwa kunjungan pun harus dipersiapkan dengan baik, misalny: mencari tahu lebih dulu sehubungan dengan karakter keluarga yang akan dikunjungi, membuat persiapan / perencanaan kunjungan sesuai dengan karakter keluarga yang berhubungan dengan: penetapan waktu kunjungan yang tepat, penetapan petugas kunjungan yang dapat diterima (sesuai dengan karakter keluarga), menjaga penampilan yang sopan dan berkenan bagi keluarga yang dikunjungi, mempersiapkan penggunaan bahasa komunikasi yang baik dsb.
Sudah saatnya kita para Sintua di HKBP kembali menghidupkan pelayanan ini jika kita mau ada kemajuan dan perubahan dalam pelayanan kita di HKBP ini. Memang sulit bagi kita, namun jika meminta dan memohon kekuatan kepada Kristus, maka segalanya akan dapat kita jalani dengan baik.

J. ETIKA PELAYANAN GEREJA
Dalam tugas pelayanannya setiap hari setiap pelayan dituntut memiliki etika pelayanan. Etika pelayanan yang dimaksudkan mengacu pewujudnyataan pelaksanaan Tri Tugas panggilan Gereja. Harus kita akui sering sekali para pelayan gerejawi tidak mengetahui batasan tugas dan tanggungjawabnya secara baik dan benar. Jadi jabatan satu-satunya dalam Gereja adalah pelayanan (Mrk.10:45; Yoh.3:16).


K. PERAN KELUARGA SINTUA DI HKBP
Dengan melihat banyaknya tugas-tugas para Sintua HKBP di atas, maka dukungan keluarga sangat dibutuhkan. Secara kemanusiawian, para Sintua HKBP mungkin tidak sanggup menjalankan tugas-tugas tohonan hasintuaon itu. Namun, harus kita ingat bahwa dari kita yang dituntut kemauan bukan kemampuan. Jika kita mau, maka Tuhan akan memampukan kita melakukan tugas-tugas hasintuaon itu.
Dukungan apakah yang harus diberikan oleh keluarga kepada suami/istrinya yang menjadi Sintua di KHBP? Ada banyak hal yang bisa dikerjakan oleh keluarga Sintua dalam rangka menopang dan mendukung suami/istrinya yang menjadi Sintua di HKBP.
a. Mendoakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan yang mulia itu.
b. Mengingatkan suami/istrinya dalam tugas pelayanannya.
c. Mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pelayanan suami/istrinya ketika suami/istrinya mau melaksanakan tugas pelayanan mulia itu.
d. Memberikan dana yang dibutuhkan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan mulia itu.
e. Merelakan suami/istrinya ketika pergi menjalankan tugas pelayanan mulia itu.
f. Mendampingi suami/istri dalam melaksanakan tugas pelayanan mulia itu, semisal: bersama-sama pergi ke partangiangan wilayan/wyik.
g. Aktif mengikuti dan memasuki organisasi dan kegiatan kategorial.
h. Tidak cemburu jika suami/istrinya bertemu dengan warga jemaat
i. Tidak banyak menuntut dan tidak mengharapkan balas jasa dalam tugas pelayanan suami/istrinya.
j. Menjadi teladan di tengah keluarga dan Gereja.
k. Dan lain sebagainya.

Apa kendala bagi keluarga di dalam mendukung pelayanan hasintuaon di HKBP? Terkadang harus diakui bahwa seringkali para keluarga tidak mau mendukung suami/istrinya dalam tugas pelayanan ini, adalah karena "merasa malu“. Mengapa merasa malu? Karena suami/istrinya tidak berlaku sesuai dengan yang dituntut oleh tohonan yang melekat pada diri suami/istrinya itu. Tidak jarang kita lihat sekarang, Sintua itu sudah menjadi "Sintua Hari Minggu”, “Sintua Dua Jaman”, “Sintua Parsermon saja”, “Sintua Pangalo ni Pandita”, “Sintua Parmitu”, “Sintua Parbada”, “Sintua Pemalas”, “Sintua Sigurgak Ulu, Sigurbak Ateate, Sigurbak Butuha”, Sialo / Paroaroa Uluan ala ambisi jadi Uluan dan lain-lain.
Bagaimana mungkin lagi keluarga kita mau mendukung kita dalam melaksanakan tugas pelayanan itu di tengah Gereja dan masyarakat. Pasti keluarga kita “merasa malu” melihat dirinya sendiri, keluarganya sendiri, dan bahka melihat jemaatnya sendiri. Karena sudah terlanjur suami/istrinya jadi Sintua HKBP, ya… mau tidak mau ditahankan ajalah. Coba kita bayangkan, jika kita menjadi Sintua yang benar-benar Sintua, saya yakin tidak seorang pun keluarga kita tidak mendukung kita dalam tugas pelayanan itu.
Bagaimakah caranya agar keluarga kita dapat mendukung kita? Jawabannya, “JADILAH SINTUA HKBP YANG BAIK DAN TELADAN!”. Menjadi Sintua yang baik memang tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak bisa kita kerjakan. Ingatlah selalu berkat tahbisan yang disampaikan Tuhan kepada kita saat menerima tahbisan/tohonan hasintuaon itu yang berkata: “Tuhan Allah Bapa dan Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus memberkatii engkau dan memberi hikmat kepadamu untuk menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan Penatua/Sintua yang diserahkan pada Saudara hari ini agar Allah dipermuliakan di tengah-tengah Jemaat ini.Amin”. Agar menjadi Sintua yang baik, maka kita harus menghayati dan melaksanakan dengan setia tahbisan itu.
Terakhir, mengapa keluarga dituntut mendukung tugas panggilan hasintuaon suami/istrinya? Karena dalam mengemban tugas hasintuaon itu, keluarga juga terlibat dan ikut menerima tohonan/tahbisan itu. Hal ini terlihat pada saat Sintua tersebut menerima tahbisan Sintua, maka keluarga juga ikut berdiri di belakang suami/istrinya. Berdiri di belakang suami/istrinya, itu berarti dia ikut bersama suami/istrinya ikut menerima tugas panggilan itu dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Seperti kata orang bijak,”Jika Sintua suami/istriniba, ingkon gabe dohot do iba gabe Sintua”. Alai ndang na gabe Sintua na mandapot tohonan Sintua, manang mangantoi aha diula Sintua di parsermonan laho manghobasi ulaon dihuria i. Manang ndang ingkon dohot dirapot ni Sintua i.

Kamis, 19 Februari 2009

PERPULUHAN

1. Persembahan perpuluhan berawal dari nazar Yakub (Kej. 28:20-22), bukan perintah Allah. Jadi, kalau mau memberi persembahan perpuluhan boleh dan baik, tetapi bukan kewajiban dari Allah, melainkan kerinduan kita.
2. Dalam kitab Ulangan kita menemukan dua jenis perpuluhan. Pertama, dalam Ulangan 12:6-9 dikatakan bahwa masing-masing keluarga membawa perpuluhan dan persembahan yang lain ke bait suci. Mereka bersama-sama makan dengan para imam dengan sukaria. Kedua, setiap akhir tahun ketiga, persembahan juga dibawa kepada orang-orang miskin –bukan mau menyembah orang miskin, tetapi agar mereka beroleh makanan– (ayat 26-27). Hal ini bisa kita bandingan dengan Ulangan 26:12. Jadi, menolong orang miskin adalah bagian dari persembahan. Dalam kaitan ini, ada satu peringatan penting dari Tuhan Yesus sebagaimana tertulis dalam Matius 6:2:
Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang.
3. Dalam Maleaki 3:10 juga disebut tentang perpuluhan, yang tujuannya adalah untuk persediaan makanan di bait suci. ‘Curahan berkat’ yang disebutkan di situ bukan akibat dari perpuluhan itu, tetapi justru sebaliknya: seseorang dapat memberi perpuluhan karena sudah menerimanya dari Tuhan dan Ia akan terus menerus mencurahkan berkatnya yang tidak tergantung pada permintaan dan perbuatan manusia. Dengan kata lain, persembahan adalah “persembahan karena” bukan “persembahan supaya”. Kita memberi persembahan karena kita bersyukur atas pemberian Tuhan bukan supaya Allah memberi berkat-Nya atau supaya dipuji orang seperti disebut dalam Matius 6:2 tadi.
4. Dalam Mzm. 51:19 dikatakan, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk….” Artinya, Allah lebih melihat hati dan jiwa yang sepenuhnya berserah kepada Tuhan daripada segala bentuk persembahan bahkan dengan jumlah yang sangat besar sekalipun.
5. Yesus sendiri sangat tegas menolak segala bentuk persembahan yang tidak disertai keadilan, belas kasihan dan kesetiaan. Selengkapnya dalam Matius 23:23 dikatakan, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Hal yang sama sudah diperingatkan oleh Nabi Amos (lihat Amos 5:22 yang menyatakan bahwa Allah tidak menyukai persembahan tanpa keadilan).
6. Rasul Paulus menasihatkan demikian, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1). Persembahan di sini melampaui yang sifatnya materi, tetapi hidup itu sendiri.

Maludin Sitanggang.