MENUJU FORMAL GELAR TAHBISAN
PELAYAN KEAGAMAAN
DI INDONESIA
Oleh
:
Maludin
Sitanggang
Retreat
Koor Ama
HKBP
Cisauk Resort Serpong
Sabtu,
2018-10-13
Pisita
Anyer Resort
MENUJU FORMAL GELAR TAHBISAN PELAYAN
KEAGAMAAN DI INDONESIA
Oleh :
Maludin Sitanggang
Abstrak
Disajikan
menuju formal jabatan tahbisan pelayan keagamaan di Indonesia untuk mendapatkan
pengakuan dari pemerintah. Awalnya pendidikan dimulai dari kumpulan beberapa
orang untuk mendapatkan atau memberikan pembekalan pengetahuan tertentu.
Kemudian bisa berkembang menjadi Yayasan, lalu menjadi sekolah swasta, negeri
dan bahkan bertaraf Internasional. Pada umumnya untuk mendirikan sekolah atau
Perguruan Tinggi harus mengikuti Aturan Peraturan Pemerintah, sehingga
lulusannya dapat diakui. Mengapa Gelar Pelayan tidak dapat digunakan pada
jabatan publik/politik dan jabatan strategis lainnya. Harapan, gelar jabatan
pelayan tahbisan bisa diformalkan guna mendapat pengakuan dari Institusi
Pemerintah mengingat sejak tahun 1868 telah berdiri Sekolah Guru dan sampai
sekarang masih banyak Jabatan pelayan tahbisan yang berlaku hanya tingkat
regional saja.
Kata
kunci : Gelar, Gereja, Protestan
1. PENDAHULUAN
Dan
Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan
tubuh Kristus. [Efesus 4:11-12]
Jabatan
pelayan keagamaan adalah untuk pekerjaan khusus yang sangat penting dan
tidak dapat diwakilkan atau dicabut. Jabatan pelayan yang kita kenal antara
lain Pendeta, Guru Huria, Bibelvrow, Diakones dan Sintua.
Jabatan-jabatan
gereja bukanlah ketetepan manusia, tetapi ditetapkan oleh Allah sendiri. Sebab
Paulus dan Barnabas “menetapkan penatua-penatua bagi jemaat” dalam
masing-masing gereja di Listra, Ikonium dan Antiokhia (Kis. 14:21-23). Paulus
juga memerintahkan Titus untuk “menetapkan penatua-penatua di setiap kota”
(Titus 1:5).
Jika
dilihat dari lamanya Jabatan yang ada di gereja, timbullah pertanyaan dan
solusi untuk memformalkan gelar pelayan-pelayan tersebut.
2. DATA JENJANG PENDIDIKAN
2.1. Jenjang
Pendidikan Menengah
- Pendidikan dasar
(Kelas 1-6) : Sekolah dasar/
Madrasah ibtidaiyah/Kelompok belajar Paket A.
Madrasah ibtidaiyah/Kelompok belajar Paket A.
- Pendidikan dasar
(Kelas 7-9) : Sekolah menengah pertama/Madrasah tsanawiyah/ Kelompok belajar
Paket B
- Pendidikan menengah (Kelas 10-12) : Sekolah menengah atas/Sekolah menengah kejuruan/ Madrasah aliyah/Madrasah aliyah kejuruan/ Kelompok belajar
Paket C [2]
- Pendidikan Tinggi : Pendidikan
Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan
ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian
2.2 Berdirinya Jenjang Pendidikan
Di
Indonesia, permulaan munculnya Madrasah baru sekitar abab 20 :
-
1908
berdiri Madrasah Adabiyah di Palembang Sumatra dan menjadi Negeri tahun 1968,
dan seterusnya.
-
1868
Berdiri Sekolah Guru di Parau Sorat Sipirok
-
1872
Berdiri Sekolah Normal Pemerintah di Tapanuli Selatan
-
1877
Berdiri Seminarium di Pansurnapitu, jumlah murid pertama 12 orang
-
1883
Berdiri Sekolah Pendeta
-
1893
Sekolah Zending mendapat subsidi dari Pemerintah
-
1900
Berdiri Sekolah Anak Raja dengan pengantar Bahasa Belanda di narumonda Toba.
-
1900
Berdirinya Sekolah Tukang.
-
1934
Berdiri Sekolah Tinggi Teologia di Jakarta
-
1934
Berdiri Sekolah Bibelvrouw (Penginjil Wanita) di Narumonda
-
1935
Pentahbisan Bibelvrouw yang pertama
-
1946
Sekolah Guru Huria (SGH) dibuka kembali di Seminarium Sipoholon
-
1947
Berdiri kembali Sekolah Pendeta di Seminarium Sipoholon
-
1950
– 4 Nopember : Berdiri Sekolah Teologia Menengah di Sipoholon
-
1952
- Berdiri SMA dan SGA di Tarutung
-
1954
25 Agustus : Berdiri Sekolah Puteri di Sipoholon
-
1954
-7 Oktober : Peresmian Universitas Nommensen di Pematangsiantar
-
1955, 25 Agustus : Berdiri Sekolah Puteri di
Sipoholon
-
1961
Berdiri Sekolah Tekhnik di Pematangiantar
-
1971
- 17 Mei : Pendidikan Diakones dibuka di Balige
-
1976
- 27 Januari: Peresmian Pendidikan Diakones HKBP di Balige
-
1968 (sebagai Sekolah Guru Agama Swasta Atas
Kristen/Protestan atau PGAA)
-
1991 (sebagai Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan – Pendidikan
Agama Kristen)
-
1993 (sebagai Akademi Pendidikan Guru Agama Kristen
Protestan Negeri atau APGAKPN)
-
1999 (sebagai STAKPN Tarutung)
Lembaga
pendidikan tenaga keguruan Agama Kristen setingkat SLTA berstatus negeri di
wilayah Indonesia bahagian barat adalah Pendidikan Guru Agama Kristen Protestan
(PGAKP) Negeri Tarutung. Para siswa di PGAKP Negeri Tarutung adalah lulusan
dari SLTP/SMP. Lulusan dari sekolah ini kemudian yang menjadi tenaga Guru Agama
Kristen Protestan pada sekolah Dasar (SD). Dalam kenyataan tamatan sekolah
inilah pada umumnya yang diangkat oleh pemerintah dengan status Pegawai Negeri
Sipil (PNS) menjadi Guru Agama Kristen Protestan pada sekolah-sekolah SD
khususnya di wilayah Sumatera Utara dan di beberapa tempat di Indonesia [3]
PGAKP Negeri
Tarutung awalnya berasal dari sekolah Pendidikan Guru Agama Atas
Kristen/Protestan (PGAA) dengan status Swasta yang berdiri sekitar tahun 1968
di Sigompulon – Tarutung. Sekolah ini diprakarsai oleh beberapa orang Kristen
yang memberi perhatian terhadap pendidikan agama Kristen bersama dengan
pemerintah. Sekolah ini mendidik calon-calon tenaga Guru Agama Kristen yang
memiliki kemampuan mengajar di sekolah dasar dan sekolah lainnya. Sekitar tahun
1970 PGAAP diserahkan kepada pemerintah untuk mengelolanya, maka sekolah ini
berubah status dari swasta menjadi Negeri.
2.3 Berdirinya
Perguruan Tinggi Kristen
-
Sekolah Bibelvrow HKBP
Sekolah Bibelvrouw HKBP, merupakan salah satu dari peguruan
tinggi milik HKBP. Sejarah Sekolah Bibelvrouw HKBP Sekolah Bibelvrouw HKBP
berdiri pada tahun 1934, di Kutacane., dan pada tahun 1938 dipindahkan ke
Laguboti. Sesuai dengan pengertiannya, Bibelvrouw berfungsi sebagai Penginjil
Wanita yang siap melayani para jemaat dalam bidang kerohanian dan siap membantu
pekerjaan pendeta dan pelayan gereja. Mahasiswi Sekolah Bibelvrouw HKBP
Laguboti juga mempelajari ilmu teologi seperti Sekolah Tinggi Teologi, namun
lebih mengutamakan teologi pratika yakni penginjilan, pembinaan, dan lain
sebagainya, sedangkan jenjang pendidikannya setara dengan Diploma III (D.III).
-
Sekolah Tinggi Teologi
Guru Huria HKBP
Pada
awalnya adalah Sekolah Guru Huria (SGH) HKBP, yang setara dengan Sekolah
Tingkat Atas (SLTA) sederajat. Namun perguruan tersebut sempat vakum sebelum
tahun 1946, dan pada tahun 1964, SGH kembali dibuka.
Selanjut
di beberapa tahun kemudian, jenjang SGH disetarakan dengan Pendidikan Diploma
III (D.III).
Pada
tahun 2007 sekolah tersebut berubah menjadi Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP dan
juga berubah jenjang setara dengan Pendidikan Diploma IV (D.IV).
-
Sekolah Tinggi Diakones HKBP
HKBP
mempunyai tahbisan Diakones, datang dari Lembaga Diakones Kaiserswerth
Dusseldorf Jerman. Sekolah Diakones Kaiserswerth Jerman sampai tahun 1969 dan
telah menamatkan sejumlah 19 orang diakones. Mereka semua kembali ke Indonesia
dan melayani di berbagai pelayanan yang berbeda-beda yaitu : di RS GKPS
Saribudolok, Panti Asuhan Elim Pematang Siantar, FKIP Nommensen Pematang
Siantar dan RS HKBP Balige.
Pada
tanggal 17 Mei 1971 Berdiri
Kursus Diakones di Gedung RS HKBP. Setelah beberapa bulan Kursus Diakones
berubah menjadi Pendidikan Diakones HKBP, tahun 1972. Adapun dasar dari
pergantian nama itu karena pendidikannya adalah 2 tahun dan praktik 1 satu
tahun, sedangkan kursus biasanya waktunya pendek, dan mahasiswa yang diterima
adalah tamatan Sekolah Lanjutan Atas/sederajat. Pada tahun 1982 Pendidikan ini
disahkan menjadi salah satu Lembaga Pendidikan di HKBP yang dinamakan “Lembaga
Pendidikan Diakones HKBP”. Kemudian pada tahun Ajaran 1989/1990 terjadi perubahan,
yang tadinya program pendidikan 2 tahun menjadi 3 tahun.
Selanjutnya, setelah tim Kemenag RI Dirjen Bimas Kristen bersama dengan ketua STT HKBP mengadakan visitase pada tanggal 25 April 2013, dan mendapat sambutan dari Pimpinan HKBP, maka pada tanggal 8 Mei 2013, Lembaga ini menjadi Sekolah Tinggi Diakones HKBP Program Stratum satu (S1) dengan Program Studi Pastoral Konseling sesuai dengan SK KEMENAG RI Dirjen Bimas Kristen No. DJ.III/Kep/HK.00.5/195/2013. Sekolah Tinggi Diakones HKBP telah terakreditasi oleh BAN-PT dengan SK No.1262/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2015.
Selanjutnya, setelah tim Kemenag RI Dirjen Bimas Kristen bersama dengan ketua STT HKBP mengadakan visitase pada tanggal 25 April 2013, dan mendapat sambutan dari Pimpinan HKBP, maka pada tanggal 8 Mei 2013, Lembaga ini menjadi Sekolah Tinggi Diakones HKBP Program Stratum satu (S1) dengan Program Studi Pastoral Konseling sesuai dengan SK KEMENAG RI Dirjen Bimas Kristen No. DJ.III/Kep/HK.00.5/195/2013. Sekolah Tinggi Diakones HKBP telah terakreditasi oleh BAN-PT dengan SK No.1262/SK/BAN-PT/Akred/S/XII/2015.
-
Sekolah Pendeta HKBP
Tahun
1883 Sekolah Pendeta
Pertama dibuka. Pada tanggal 8 Januari 1890, dimulai melayani anak-anak, kaum
perempuan, serta turut membimbing murid-murid Sekolah Pendeta di Seminari
Pansurnapitu. Sekolah Pendeta HKBP
sempat lama vakum atau dinonaktifkan, dan pada tahun 1947 Sekolah Pendeta
berdiri kembali di Seminarium Sipoholon, dan beberapa tahun kemudian kembali
vakum, serta pada tahun 2006, Sekolah Pendeta HKBP dibuka kembali di Seminarium
Sipoholon. Sekolah Pendeta HKBP adalah Lembaga Pendidikan HKBP yang dikhususkan
untuk melatih mempersiapkan Guru Huria menjadi Pendeta di HKBP. Sekolah Pendeta
pada awalnya merupakan satu-satunya Lembaga pengadaan tenaga pendeta sebelum
adanya pendidikan Teologi di HKBP, yakni : Sekolah Tinggi Teologi HKBP
(sebelumnya Falkultas Theologi Univ. HKBP Nommensen) yang berkedudukan di
Pematang Siantar, atau Sekolah Tinggi
Teologi HKBP Pematang Siantar sekarang. Setelah adanya Pendidikan
Teologi HKBP, Sekolah pendeta dibuka secara periodik dengan tujuan yang sama,
yaitu : menseleksi para guru huria yang dianggap terampil melayani di
jemaat dan dipersiapkan menjadi pendeta melalui pendidikan Sekolah Pendeta.
Sekolah Pendeta HKBP dirancang selama tiga tahun dan dibagi dalam enam
semester. Dalam tiga tahun perkuliahan diadakan evaluasi bertahap. [4]
Mahasiswa
yang lulus akan ditempatkan oleh HKBP melayani sebagai Pendeta Praktik selama
satu tahun dan kemudian ditahbiskan menjadi Pendeta
3. ANALISA
3.1 Jenjang
Gelar Keagamaan
Secara
khusus Jabatan tahbisan di HKBP ada : Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow,
Diakones, Evangelis, Penatua.
Jika
dilihat dari uraian sebelumnya, bahwa pada tahun 1868 Berdiri
Sekolah Guru di Parau Sorat Sipirok dan merupakan sejarah dari HKBP.
Sedangkan tahun 1908 baru berdiri Madrasah Adabiyah di Palembang Sumatra
dan menjadi Negeri tahun 1968, dan seterusnya. Awalnya bahwa Madrasah Adabiyah
yang dikelola dari kumpulan beberapa orang untuk mendapatkan atau memberikan
pembekalan pengetahuan tertentu, notabene bisa berkembang menjadi Yayasan, lalu
menjadi sekolah swasta, negeri dan bahkan bertaraf Internasional.
Seperti Sekolah Bibelvrouw HKBP, merupakan salah satu dari
peguruan tinggi milik HKBP. Sekolah Bibelvrouw HKBP bisa jenjang pendidikannya
setara dengan Diploma III (D.III). Namun belum bisa menjadi Perguruan Tinggi
Negeri, apalagi bertaraf Intertnasional. Padahal sejarahnya adalah dari Jerman.
Demikian juga Sekolah Tinggi Guru Huria yang sudah disetarakan
dengan D.IV. Tentunya harapannya adalah bisa menjadi Sekolah Tinggi Teologi
Guru Huria Negeri.
Ironisnya Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama
dibuka dan sering vakum. Namun pada tanggal 12 April 1978, sebagai lanjutan dan
memisahkan diri secara administerasi dari Universitas HKBP Nomensen. Program studi : S-1 (S.Th.), M.Div., S-2 dan
S-3 Theologia, artinya tidak menghasilkan gelat Pdt. STT Jakarta adalah sebuah
sekolah tinggi teologi Kristen tertua
yang berdiri tahun 1934. Sampai saat ini hanya menghasilkan Sarjana dan Pasca
Sarjana (S-1, S-2 dan S-3). Artinya tidak menghasilkan lulusan bergelar Pdt.
Ada 20 (dua puluh) Sekolah
Alkitab dan atau Universitas Kristen terbaik di Indonesia, namun hanya
menghasilkan Sarjana dan Pasca Sarjana, bukan Pdt.
Ditambah lagi ada 7 (tujuh)
Perguruan Tinggi Kristen Negeri di Indonesia, adalah perguruan Tinggi Negeri
yang berada di bawah naungan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Kristen
(Protestan) Kementrian Agama RI. Yaitu dengan nama STAKPN dan STAKN. Lulusan
Perguruan Kristen Negeri inilah yang diangkat menjadi Guru Agama Kristen
Protestan untuk status Pegawai Negeri Sipil (PNS).
STAKPN Tarutung didirikan pada
tahun 1968, dan menjadi Negeri pada tahun 1999, dan inilah Sekolah Tinggi Agama
Kristen Protestan pertama di Indonesia. Lagi lagi, lulusannya hanya memperoleh
gelar Diploma atau Kesarjanaan dan Pascasarjana, bukan Pdt. Yang menggembirakan
dari STAKPN ini, mempunyai jurusan Teologi (S-1) dan Diploma 1 (Terapan)
Ministri Penatua, D-1 Pelayanan Anak Kristen, D-1 Ministri Musik Gereja, D-1
Pemandu Wisata Rohani, D-1 Kewirausahaan Kristen dll.
Menilik
adanya Pendidikan Teologi HKBP, Sekolah pendeta dibuka secara periodik dengan
tujuan menseleksi para guru huria yang dianggap terampil melayani di jemaat dan
dipersiapkan menjadi pendeta melalui pendidikan Sekolah Pendeta.
Sebatas
itukah ????
Syarat
menjadi pendeta berikutnya adalah sudah praktek sedikitdikitnya 2 (dua) tahun
dan mendapat rekomendasi dari praeses dan pendeta resort. Serta beberapa syarat
lainnya yang mudah ditempuh.
Tentu
hal inilah yang dimanfaatkan oleh Gereja lain, sehingga bermunculanlah banyak
Tahbisan Pendeta.
3.2 Efek Yang Timbul dan
Solusi
Sejak dulu sampai zaman milenial
ini, ke 6 (enam) Gelar atau Tahbisan yang ada itu tidak mendapat pengakuan baik
dari kalangan internal maupun Eksternal (???). Sebagai contoh, jika seorang
pelayan
yang mencalonkan diri menjadi DPR, MPR, DPD, Bupati/Walikota,
Gubernur, dan lain-lain, dari kalangan Internal pasti melarang mengikut
sertakan gelar Pdt, Gr, Biv, Diak, Ev. dan St. Kenapa melarang ??? Jawabannya
selalu klasik “Jangan di bawa ke ranah politik” Sementara Haji,
Hj. Ust. dan lainnya boleh nempel jika menjadi pejabat publik. Yang pasti,
sebenarnya adapun pelarangan menempelkan Tahbisan tersebut, adalah karena belum
mendapat pengakuan dari DIKTI.
Tahun 1868 Berdiri Sekolah Guru, Tahun 1883 Sekolah Pendeta Pertama, namun sampai detik
ini belum mendapatkan pengesahan Gelar tersebut dari DIKTI. Apa dan siapa
serta dimana letak kekurangannya.
Solusi :
-
Mengikuti Peraturan Pemerintah RI Nomor
55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.[5]
-
Peraturan perundang-undangan Tentang
Persyaratan dan Prosedur Penambahan nama program studi pada perguruan tinggi
periode 1 tahun dan 3 tahun, tahun 2018.[6]
-
Peraturan perundang-undangan Tentang
Persyaratan dan Prosedur pembukaan program studi jarak jauh (SJJ) tahun 2018.[7]
-
Menghilangkan jawaban
klasik gelar tahbisan “Jangan di bawa ke ranah politik”
Ini
semua bisa di akses pada Dirjen Kelembagaan IPTEK dan DIKTI, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dan pada umumnya di permudah oleh Pemerintah.
Masalahnya :
-
Adakah niatan
pejabat berwenang yang duduk di Keagamaan Kristen untuk meningkatkan status PTS
yang sudah ada guna mendapat pengakuan dari Pemerintah RI?
-
Adakah
niatan dari Pejabat di HKBP untuk mendapat pengakuan dari Pemerintah RI tentang
Jabatan
tahbisan : Pendeta, Guru Jemaat, Bibelvrow, Diakones, Evangelis, Penatua ?
- Selama ini dimana
fungsi dan peran Rektor UN HKBP, Ketua STT HKBP dan para Direktur yang ada di
HKBP.
4. KESIMPULAN
Dari kajian menuju formal gelar tahbisan pelayan keagamaan di Indonesia ini dapat dsimpulkan :
-
Perlu formal gelar
tahbisan keagamaan khususnya Kristen
-
Harus ada niatan dari
pejabat berkompeten untuk meningkatkan status jurusan supaya diakui oleh
pemerintah
-
Melaksanakan aturan
dan perundang-undangan yang dibuat oleh Menristek Dikti RI.
-
Menghilangkan jawaban
klasik gelar tahbisan “Jangan di bawa ke ranah politik”
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wanta Sinurat, Hendi
Wijaya, Hendra T., Studi Alkitab, sistem-pemerintahan-dan-jabatan-gereja” admin[at] studialkitab.com
2.
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
3.
High School Foreign
Protestant Christianty Tarutung, www.stakpntarutung.ac.id.
4.
Because I Believe,
wordpress.com/hkbp/tahun-penting-hkbp/
5.
Mengikuti Peraturan
Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007, Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
6.
Peraturan perundang-undangan
Tentang Persyaratan dan Prosedur Penambahan nama program studi pada perguruan
tinggi periode 1 tahun dan 3 tahun, tahun 2018.
7.
Peraturan perundang-undangan
Tentang Persyaratan dan Prosedur pembukaan program studi jarak jauh (SJJ) tahun
2018.
Nama
|
:
|
Maludin Sitanggang, Ir. MSc. APU. St.
|
Pekerjaan
|
:
|
-
ASN Pustekbang
LAPAN
|
|
|
-
Dosen dan Kaprodi
di FTI Univ. Satyagama
|
Pendidikan
|
:
|
-
S-1 Teknik Mesin
USU Medan
|
|
|
-
S-2 Material
Sciences UI Jakarta
|
Pengalaman
|
:
|
-
Pendiri dan Ketua
Dewan Redaksi Jurnal Ilmu dan Rekayasa Teknologi Industri (JIRTI)
|
|
|
-
Pendiri dan Ketua
Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah Teknologi
Industri GAMATECH
|
|
|
-
Pimpinan Jemaat
HKBP Cisauk Ressort Serpong
|
Buku
|
:
|
-
“Teknologi
Aerodinamika Penerbangan", Penerbit,
Indonesia Book Project. ISBN 978-602-60934-1-7
|
|
|
-
“Ilmu
dan Teknologi Pengelasan Komponen Model Pesawat Terbang". Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project. ISBN
978-602-74771-9-3
|
|
|
-
“Aerodinamika
dan Pengembangan Teknologi Pesawat Terbang” Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project. ISBN 978-602-60934-5-5
|
|
|
-
“Studi
Peningkatan Kerja di Lembaga Litbang" Penerbit, Penerbit, Indonesia Book Project, ISBN
978-60260934-0-0
|
Kontak
|
|
-
HP & WA ;
08121926185
|
Email
|
|
|
|
|
|
Blog
|
|