Senin, 27 April 2009
Kasih Jangan Purapura
Hendaklah Kasih Jangan Pura-pura
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. [Roma 12:9]
Sering kita dapati orang berlaku pura-pura : baik, ramah, manis, perhatian, alim, dan lain Kemudian Petrus menulis dalam suratnya mengenai praktek kasih yang sebenarnya ‘Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan,sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus iklas,hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu”. (1 Petrus 1:22). Disini Petrus memberikan penegasan kalo mengasihi itu harus tulus ikhlas dan dilakukan dengan segenap hati dan tidak boleh pura-pura. Kasih yang tulus yang tidak pura-pura sebagai bukti ketaatan kita pada kebenaran Allah. Memang kita selalu berusaha untuk itu, namun perlu bimbingan dari pada Roh Kudus.
Kasih yang pura-pura akan kelihatan dan akan terlihat aslinya pada diri seseorang. Misalnya dari melihat pengalaman penulis berikut. Suatu ketika sepasang muda-mudi Kristiani menikah dan diberkati tanpa dihadiri oleh kedua orang tua masing-masing karena factor ekonomi. Mereka berjanji akan saling mengasihi dan akan mengasihi kedua belah pihak keluarga.
Pendek cerita, mereka ini mempunyai anak. Senanglah orang tua si Pria setelah dikabari ke kampung halamannya. Dengan biaya secukupnya, orangtua si pria datang ke perantauan untuk melihat cucunya. Pengantin muda ini menunjukkan kasih sebenarnya terhadap si Bapak tersebut. Tiba waktunya malam, lewatlah tukang nasi goreng. Pedagang di kampung menyebut dagangannya adalah sesuai nama dagangannya. Sedangkan di perantauan (Jawa) cukup dengan suara alat tertentu. Tukang nasi goring memukul kualinya, “ Tektektek, tektektek”.
Bapak Mertua : Suara apa itu Parumaen (Mantu perempuan)
Menantu : Oh, itu suara orang jualan nasi goreng pak.
Mertua : Beliin dong, inang parumaen biar saya rasain (Asa ni dai)
Menantunya membeli dengan senang hati, karena bisa membahagiakan si Mertua. (Rp. 3000).
Tak lama kemudian lewat suara TUUUUUUTTTTT”
Mertua : Suara apa itu inang parumaen?
Menantu : Oh, itu suara orang jualan kue putu bamboo
Mertua : Beli dong inang parumaen, biar saya cicipi.
Menantunya membelinya (Rp. 1000). Besoknya pada siang hari lewat suara “TUNG TUNG TUNG”.
Mertua : Suara apa itu parumaen
Menantu : Oh, itu suara tukang jualan es. Dibeli dengan harga Rp. 1000.
Sebentar lagi lewat suara “Kretetetek, kretetetek, kretetetek”
Mertua : Suara apa itu inang parumaen
Menantu : Oh, itu suara orang tukang PATRI, “APA PERLU DIPANGGIL TUKANG PATRINYA BIAR DIPATRI MULUT MU ITU BIAR JANGAN MINTA MAKAN MELULU” : (“PORLU JOUONKU TUKANG PATRI AN AMANG ASA DIPATRI PAPANGANMI ASA UNANG HOLAN NA MANGIDO MANGAN I”) jawab simenantu dengan lancar.
Itulah jika kasih dilaksanakan dengan pura-pura, baru menghabiskan Rp.5000, sudah keluar aslinya memaki mertua tanpa ada remnya.
Tuhan Yesus nggak pernah mengajarkan kepura-puraan tapi kesungguhan. Tuhan Yesus nggak mengharapkan kita jadi orang yang tinggal dalam kegelapan tapi Dia menghendaki kita tinggal dalam terangNya. Bahkan Dia memberikan teladan untuk mengasihi orang lain dengan sungguh-sungguh melalui teladan diriNya sendiri yang mengashi kita sampai mati kayu salib. Kalo kita bisa mempraktekkan kasih tanpa kepura-puraan, kita akan melihat ada mujizat, pemulihan, berkat jasmani, kuasa yang akan dirasakan oleh orang lain. Amin. http://Bulirsesawi.blogspot.com/
By: St. Maludin Sitanggang
Kamis, 16 April 2009
Selasa, 07 April 2009
Jumat, 03 April 2009
Kamis, 02 April 2009
Buha-buha Ijuk
Langganan:
Postingan (Atom)