1. Ulos Batak
St. Maludin Sitanggang / Bulir Sesawi
Semua tau dan sepakat bahwa ulos adalah parhitean (media, perantara) pemberian berkat. Pejabat (Presiden,), boru, bere, hulahula (juga adalah orang), Ephorus (juga orang), Pendeta Ressort (juga orang) perlu diberkati dan mendapat berkat. Mereka juga tidak selamanya merasa tinggi, pada even tertentu mereka lebih banyak merendah dan merendahkan diri. Kita juga mendoakan (gantinya ulos) kepada boru dan bere, Presiden, Pemimpin Gereja, bahkan mendoakan presiden yang disebut Negara super power/Adi Kuasa. Ada baiknya sesuatu yang tidak menyalahi keagamaan dari adat itu dilestarikan. Janganlah membuat kesempatan kepada generasi berikutnya untuk semakin luntur terhadap adat. Saya sebagai peneliti justru mendorong tokoh adat dan agama itu mendaftarkan adat tersebut atau di PATEN kan. Janganlah terulang di Indonesia ini, yang menciptakan Indonesia, yang mempatenkan negara lain (contoh : Batik). Terimakasih.
2. Orang Meninggal dan Tugu
Kematian adalah akhir dari hidup manusia di dunia ini, dia berhenti dari segala pekerjaannya, dst. Itulah Konfessi HKBP. Secara penelitian untuk masa depan, TUGU yang dibangun oleh orang batak adalah sangat penting dan perlu diikuti oleh semua pihak. Buktinya PEMDA sekarang sudah menghimbau untuk menguburkan secara tumpang tindih. Tidak heran kita melihat pembongkaran dan penggusuran kuburan disana-sini adalah akibat makin sempitnya lahan dan perkembangan penduduk serta pemukiman. Orang Batak sudah memberikan contoh buat Republik ini dengan membuat istilah TUGU yang notabene adalah KUBURAN MASSAL. Boleh saja kita mengatakan tidak perlu tugu, tapi yang merasakan dampaknya adalah generasi yang akan datang. Mereka akan gerah dengan penggusuran rumah semasa hidup dan ikut prihatin kena gusur lagi kuburannya setelah mati.
Selasa, 20 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar